Piala Dunia = Pesta Demokrasi 2014
Beberapa jam lagi kita akan melihat akhir dari Pesta Sepakbola 4 tahunan terakbar sejagad raya dengan mempertemukan perwakilan 2 benua yang memiliki sejarah sepakbola terbaik. Benua Amerika Latin menempatkan Argentina sedangkan Benua Eropa menempatkan Germany..
Ibarat Pesta Demokrasi di Indonesia, Argentina yang berada di Benua Amerika latin sebagai tuan rumah penyelenggara hajatan ini, ibarat Prabowo-Hatta yang didukung oleh partai-partai yang masih berada dipemerintahan saat ini, tentu saja mendapatkan dukungan lebih..
Namun, Germany sekalipun sebagai pendatang dari Benua Eropa, saat ini "elektabilitasnya" lebih tinggi dibanding Argentina, ibarat Jokowi-Jk yang pada beberapa survey ditempatkan sebagai kandidat "Juara".
Para pendukung ataupun "relawan" kedua pihak begitu antusias dengan beragam pernak pernik dalam memberi dukungan bagi jagoannya. Mereka berpesta, bergembira, dan memberikan yel-yel yang begitu kreatif.
Namun, ... Tetap damai !...
Dan yang pasti, akhir dari perhelatan ini "hanya" akan menghasilkan 1 pemenang, bukan 2 "claim" pemenang (tentunya). Apapun keputusan wasit (KPU) pada pertandingan nanti akan dihormati sebagai keputusan mutlak yang harus di hargai. Sekalipun terjadi "kecurangan", dapat dilakukan protes ke FIFA, namun toh tidak akan merubah hasil pertandingan.
Akhir dari pertandingan pasti akan memberi kegembiraan bagi sang pemenang dan kesedihan mendalam bagi yang kalah, namun secara "satria", antar pemain akan melakukan pertukaran jersey dan saling memberi selamat. Tidak ada dendam dan amarah !
Alangkah indahnya jika pada tanggal 22 July 2014 mendatang, gambaran Final Piala Dunia ini menjadi refleksi bagi Kedua Konsestan Calon Presiden dan Wakil Presiden kita, yang dengan berbesar hati menerima kekalahan bagi yang kalah dan yang menang tetap rendah hati dengan tetap menghormati kandidat lainnya.
Toh 4 tahun kemudian para konsestan itu dapat kembali berkompetisi meraih yang terbaik dengan persiapan lebih baik. Para Capres-Cawapres dapat kembali berkompetisi "sehat" untuk memimpin negeri ini 5 tahun mendatang. Walau harus menjadi oposisi, bukan berarti tidak dapat berkarya buat Negeri kan?
Kami meyakini jika rakyat Indonesia hanya membutuhkan sosok pemimpin yang dapat membangun negeri ini dengan tulus dan tanpa pamrih, sekalipun kami tidak pernah mengenal pribadi siapa "pemain" (dalam kesebelasan) itu !
Selamat menikmati Final Piala Dunia... Siapa Jagoanmu? Anda tetap Saudaraku!
#SalamDamaiIndonesiaku
Original Written by. Herson Tendean..
Ibarat Pesta Demokrasi di Indonesia, Argentina yang berada di Benua Amerika latin sebagai tuan rumah penyelenggara hajatan ini, ibarat Prabowo-Hatta yang didukung oleh partai-partai yang masih berada dipemerintahan saat ini, tentu saja mendapatkan dukungan lebih..
Namun, Germany sekalipun sebagai pendatang dari Benua Eropa, saat ini "elektabilitasnya" lebih tinggi dibanding Argentina, ibarat Jokowi-Jk yang pada beberapa survey ditempatkan sebagai kandidat "Juara".
Para pendukung ataupun "relawan" kedua pihak begitu antusias dengan beragam pernak pernik dalam memberi dukungan bagi jagoannya. Mereka berpesta, bergembira, dan memberikan yel-yel yang begitu kreatif.
Namun, ... Tetap damai !...
Dan yang pasti, akhir dari perhelatan ini "hanya" akan menghasilkan 1 pemenang, bukan 2 "claim" pemenang (tentunya). Apapun keputusan wasit (KPU) pada pertandingan nanti akan dihormati sebagai keputusan mutlak yang harus di hargai. Sekalipun terjadi "kecurangan", dapat dilakukan protes ke FIFA, namun toh tidak akan merubah hasil pertandingan.
Akhir dari pertandingan pasti akan memberi kegembiraan bagi sang pemenang dan kesedihan mendalam bagi yang kalah, namun secara "satria", antar pemain akan melakukan pertukaran jersey dan saling memberi selamat. Tidak ada dendam dan amarah !
Alangkah indahnya jika pada tanggal 22 July 2014 mendatang, gambaran Final Piala Dunia ini menjadi refleksi bagi Kedua Konsestan Calon Presiden dan Wakil Presiden kita, yang dengan berbesar hati menerima kekalahan bagi yang kalah dan yang menang tetap rendah hati dengan tetap menghormati kandidat lainnya.
Toh 4 tahun kemudian para konsestan itu dapat kembali berkompetisi meraih yang terbaik dengan persiapan lebih baik. Para Capres-Cawapres dapat kembali berkompetisi "sehat" untuk memimpin negeri ini 5 tahun mendatang. Walau harus menjadi oposisi, bukan berarti tidak dapat berkarya buat Negeri kan?
Kami meyakini jika rakyat Indonesia hanya membutuhkan sosok pemimpin yang dapat membangun negeri ini dengan tulus dan tanpa pamrih, sekalipun kami tidak pernah mengenal pribadi siapa "pemain" (dalam kesebelasan) itu !
Selamat menikmati Final Piala Dunia... Siapa Jagoanmu? Anda tetap Saudaraku!
#SalamDamaiIndonesiaku
Original Written by. Herson Tendean..
Comments
Post a Comment